International Astronomical Union pada November tahun lalu mengumumkan 64 nama baru bagi asteroid, empat diantaranya bernama orang Indonesia. Sebelumnya, asteroid itu hanya diberi angka saja. Empat asteroid tersebut ditemukan peneropong langit C. J. van Houten and I. van Houten-Groeneveld pada 16 Oktober 1977.
Asteroid bernomor (12176) Hidayat = 3468 T-3, mengambil nama Bambang Hidayat, 76 tahun, mantan Direktur Observatorium Bosscha pada 1968-1999. Ia juga mantan Wakil Presiden International Astronomical Union 1994-2000. Asteroid (12177) Raharto = 4074 T-3, berasal dari nama astronom Moedji Raharto, 56 tahun, bekas Direktur Observatorium Bosscha selama 2000-2003.
Adapun (12178) Dhani = 4304 T-3, berasal dari Dhani Herdiwijaya, 47 tahun, mantan Direktur Observatorium Bosscha periode 2004-2005. Sedangkan nama Direktur Observatorium Bosscha 2006-2009 Taufik Hidayat disematkan untuk asteroid (12179) Taufiq = 5030 T-3.
Menurut Malasan, lembaga astronomi dunia itu berwenang memberikan nama asteroid tidak hanya dari nama penemunya saja, tapi juga bagi astronom lain. Bagi Observatorium Bosscha, penyematan nama itu membanggakan karena penghargaan itu sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap keberadaan dan upaya Bosscha dalam dunia pengamatan langit, khususnya langit selatan.
“Reputasi Bosscha di internasional diakui dan dikenal. Ini juga menjadi dorongan untuk kaum muda hunting asteroid,†ujarnya. Diperkirakan, besaran keempat asteroid yang dinamai astronom Indonesia itu, kata Malasan, rata-rata berukuran 1-1,5 kilometer.
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan, asteroid yang saat ini lebih dikenal sebagai planet minor banyak terdapat di antara planet Mars dan Jupiter. Namun banyak juga yang mengorbit dekat bumi.
Menurut Djamaluddin, Bosscha tercatat sebagai observatorium pertama di dunia untuk peneropongan langit selatan. Kebanyakan selama ini observatorium berada di bagian utara. "Di selatan relatif sedikit karena daratannya lebih kecil dari lautan," katanya.